Sudah
cukup indonesia merasakan hantaman krisis multidimensional 1998 yang
mengakibatkan IHSG (Indeks harga Saham
Gabungan) rontok 90%, Krisis 10 tahunan pun datang kembali kali ini menghantam Amerika
karena macetnya kredit perumahan ( suprime mortgage) indeks saham amerika
anjlok,PHK besar2an terjadi. sehingga the Fed selaku bank sentral Amerika
membuat kebijakan dengan membeli surat berharga senilai USD 600
miliar.Kebijakan ini berlanjut sampai dengan 2011. Tahun 2012 krisis 4 tahunan
pun menghantam Eropa.Negara2 eropa yang berpusat di zona Euro mengalami krisis
ekonomi yang diawali dari yunani,merembet ke spanyol,italia,prancis dan
inggris. Krisis ini dimulai dari gagal bayar utang pemerintah yunani yang
berakibat fatal bagi negara2 anggota Euro yang menggunakan mata uang euro
sebagai mata uang sentralnya. sehingga nilai mata uang euro pun tergerus oleh
mata uang asing terutama dolar Amerika dan Yuan China.Burasa saham eropa pun
anjlok dan IHSG mengambil keuntungan dari peristiwa ini. IHSG mengalami trend
naik karena suntikan dana panas dari luar negerii di samping itu neraca
pembayaran indonesia yang masih surplus.Seolah olah indonesia tak berpengaruh
sama sekali dari krisis yang dialami Amerika dan Eropa ini. Bahkan pada awal
tahun 2013, 20 Mei 2013 IHSG sempat menembus rekor psikologis 5.214 dan ini
adalah sejarah baru IHSG dalam proses pendakiannya.
Bulan
Juli 2013 lalu, ketika itu indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbang sangat
dalam. Bahkan IHSG saat itu, IHSG jatuh lebih dari 20%, atau sudah memasuki
fase bearish. Nah, salah satu penyebab dari tumbangnya IHSG kala itu berasal
dari rencana the Fed mengurangi stimulus.
Maklum,
keinginan the Fed mengurangi stimulus atau tapering off telah membuat dana
asing yang parkir di Indonesia ramai-ramai keluar dari Indonesia. Berdasarkan
data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun ini saja, investor asing yang
mencatatkan net sell asing di pasar saham sebesar Rp 15,29 triliun. Nilai dana
asing yang keluar itu hampir sama dengan nilai dana asing yang masuk tahun
2012, sebesar Rp 15,2 triliun.
18
Desember 2013. setelah the Fed memutuskan pengurangan stimulus, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (19/12) indeks justru ditutup di zona hijau dengan
penguatan 35,70 poin atau menguat 0,85% menjadi 4.231,98.
IHSG
rupanya memberikan respons positif atas pengurangan stimulus dari The Fed. Kenaikan
IHSG itu menyusul indeks Dow Jones yang juga naik tajam setelah the Fed
mengumumkan penurunan stimulus. Pasalnya, meski The Fed mengurangi stimulus,
namun bank sentral AS itu tetap mempertahankan suku bunga rendah,yang menjadi
perhatian investor saat ini adalah suku bunga acuan atau Fed Rate, bukan lagi
pembatasan stimulus. Pengurangan stimulus mulai Januari 2014 oleh The Fed
bukanlah akhir dari masalah tapering di AS. Saat ini mesti diwaspadai adalah,
adanya pengurangan stimulus lanjutan dengan nilai yang lebih besar.
Oleh:
Furqon Budiartha
0 komentar:
Posting Komentar